Cinta seperti kucing yang bebas

Cinta seperti kucing yang bebas kucing? Mengapa kucing? Padahal kita kan manusia?  Ini tentang cinta seluas luasnya. Cinta kepada hewan tumbuhan dan segalanya.  Aku terinspirasi ketika saya bermain dengan kucing. Ketika itu saya memegangnya  erat- erat dengan  paksa, apakah dia bebas dan bahagia? Saya rasa tidak, dia meronta- ronta dan ingin bebas sepertinya dia sama sekali tidak bahagia. Ya sudah aku melepaskanya. Dia pun berlarian dengan penuh bahagianya bermain kelihatanya dia benar- benar merasakan kesenangan. Aku menghampirinya membelainya pelan- pelan dia berubah memanja saya rasa ia menikmati belaianku. Sedikit eksperimen dengan kucing.
Aku teringat sebuah kisah suami istri. Pelajaran tentang kesetiaan yang memiliki pengaruh cukup berbahaya. Sang suami yang sedang berkesah.“Jika saya harus sanggup setia pada istri, dia pun harus sanggup bersetia pada saya,” kata saya pada diri sendiri. Pemikiran seperti itu membuat saya menjadi pencemburu. Kuawasi setiap gerak-geriknya oleh karena itu dia tidak bisa pergi kemana- mana tanpa seizin saya. Hal itu mulai menebar bibit pertengkaran diantara kami berdua. “Pengekangan seperti itu seperti dalam sebuah penjara” keluh istri dalam hatinya. Dia semakin tidak bisa menerima. Semakin dijadikan alasan untuk bisa pergi ke mana-mana dan kapan saja dia suka. Semakin aku mengekangya semakin bebas dia bertindak semakin aku naik darah. Penolakan untuk saling bicara sudah menjadi hal yang biasa bagi kami berdua. Saya pikir istriku tidak cukup bersalah mengahadapi pengekangan dariku. Bagaimana mungkin gadis sejujur dan sepolos itu tidak menuruti kemauanku. Sepertinya aku memang keterlaluan. Hanya sekedar berkunjung ke rumah temanpun aku melarangnya?  Aku mulai menyadari betapa egoisnya aku. Jika aku memiliki hak melarangnya, bukankah ia juga memiliki hak yang sama? Semua itu dapat aku pahami sekarang. Aku mencintainya dan diapun sama. Betapa hancurnya dia ketika aku tak mempercayai kesetiaanya apalagi terjadi pada seorang perempuan yang sepatutnya aku sayangi bukan untuk dikekang. Aku pun mendapat jawabanya. Saya tak pernah lagi mencintainya dengan penuh kekangan. Saya melonggarkannya dari jeratan dan melepasnya. Diapun bebas dan semakin menghormatiku. Dia mulai mengerti maksudku selama dia masih dalam jalurku aku akan menyayanginya dengan sepenuh hati. Kehidupan pun berangsur angsur berubah menjadi indah karena cinta dan kebebasan.